Rabu, 23 April 2008

Di Ruang Rindu........

Mahameru berikan damainya Didalam mercu Arcapada... Mahameru sebuah legenda tersisa Puncak abadi para dewa..
Lagu Dewa 19 mengalun saat menyaksikan program acara di MetroTV Expedition siang tadi yang mengulas kegiatan pendakian Ferisa Djohan di gunung Rinjani... Ah, saya rindu masa lalu. Saya ingat, dahulu ada sebuah ritual yang tidak bisa tidak harus terpenuhi. Naik gunung. Kegemaran yang memiliki suatu romansa tersendiri. Bermula dari keikutsertaan menjadi anggota pecinta alam sekolah (SISPALA) dan PMR. Dan mencoba meneruskan pendidikan ke-alam-an dengan menjadi anggota salah satu KPA (Kelompok Pencinta Alam) dan KSR (Korps Sukarela) di Makassar.
Tidak bisa tidak, dari semua organisasi yang saya ikuti, pengaruh organisasi pecinta alam banyak memberi andil dalam hidup. Bukan berarti saya mengenyampingkan yang lain. Tetapi menjadi seorang pecinta alam membutuhkan konsekuensi yang tidak sedikit. Pengorbanan inilah yang selalu saya coba kenang.
Masa SMU mungkin masa dimana frekuensi ritual mendaki sangat tinggi. Dalam satu bulan bisa lebih dari dua kali menyambangi gunung-gunung di sekitar Sulawesi Selatan. ditengah pulau berjejer pegunungan dari arah selatan hingga ke utara diantaranya Pengunungan Bawakaraeng,Lompobattang, Ganda Dewata hingga Bulusaraung.
Dari kesemuanya yang sering dikunjungi adalah Gunung Bawakaraeng. Alasannya sederhana, sewaktu SMU tentunya uang saku tidak akan cukup mengakomodasi hobi ini, saya bersama teman-temanpun mengakalinya dengan mendaki Bawakaraeng yang dengan uang limabelas ribu perak sudah memenuhi hasrat akan sebuah kedekatan dengan alam karena jaraknya tidak terlalu jauh dari kota Makassar. Saya merasa benar-benar menjadi manusia baru setiap pulang dari gunung ini. Merenung di desa Lembanna merupakan habituari yang tidak bisa tidak harus diluangkan. kabut berserak dibawah, langit dini hari yang memukau dan kesederhanaan Kanreapia dengan perkebunan sayur dan tehnya yang hijau bak permadani. Ada sesuatu yang tidak bisa terjabarkan dengan kata-kata. Entah. Mencintai Lembanna, memaknainya sebagai ruang pembelajaran.
Saya lantas teringat, sudah Lima tahun lebih tidak mendaki gunung. Gunung terakhir yang terjamah adalah Lompobattang. Bersama anak-anak Lembayung dan Kharisma. Tugu puncak Lompobattang selalu mengendap di pikiran, fotonya pun raib entah dimana tak seorangpun dari sobat-sobatku yang mengaku meyimpan kenangan tersebut yang dulu sengaja saya pasang di dinding. Sebagai pengingat, bahwa ada panggilan yang akan selalu memanggil. Saya menyukai perjalanan kala itu. Energi saya terpompa penuh. Dari duabelas orang, tiga diantaranya ambuk karena tidak kuat. Demi melihat keinginan saya untuk terus sampai ke puncak sebelum gelap, saya berusaha untuk tidak cepat putus asa demikianpun dengan teman-teman yang lainnya, Tetapi karena beban yang dibawa melebihi kapasitas kekuatan tubuh, beberapa diantaranya menyarankan untuk meneruskan keesokan harinya. Digunung tentu ego harus sedikit dikesampingkan. Akhirnya tenda pun didirikan. Saya sengaja tidur diluar sendirian. Ingin merasakan dingin, dingin yang sampai ke sumsum. esok harinya alam menampakkan keelokkannya. Sungguh, itulah keindahan. Di tenda tempat kami berteduh kami dapat menyaksikan segala kebesarannya. Subuh pun terawali dengan sujud yang terasa dalam. Mengutip kata seorang bijak, bahwa di ketinggian gununglah, kedekatan kita dengan tuhan bisa semakin nyata. Saya akui itu.
Dan kini, mungkin saya sudah tidak kuat lagi mendaki sampai puncak. Kegiatan selama ini lebih banyak berkutat pada rutinitas kerja. Berenang dan jogging pun jarang diakukan lagi. Penyakit banyak berdatangan, semakin sering insomnia. Mungkin tubuh saya sudah berontak ingin mendaki lagi. Malam ini, pukul sepuluh malam, saya merindui gunung. Hidup terasa belum berimbang. Kapan saya bisa mengulang romantisme itu lagi, sebelum berpulang?
Mendaki melintas bukit... Berjalan lebih menahan berat beban Bertahan didalam dingin Berselimut kabut Ranu Kumbolo Menatap jalan setapak Bertanya-tanya sampai kapankan berakhir.... (Mahameru, Dewa 19)

Senin, 21 April 2008

Puisi Cinta.

karya : Majnun bin Amir (Qais bin Al-maluh Al-miri)
Hatiku dan hatimu telah menyatu sebelum kita tercipta Saat masih menjadi nuthfah dan saat berada dalam ayunan Cinta kita bertambah dan tumbuh seiring pertumbuhan tubuh Dan takkan pernah terpisah meski telah tiada Cinta kita akan kekal sepanjang masa Walau berada dalam pekatnya alam baka.
Dikutip dari buku "Kaifa Tashilu Ila Qalbi Zaujatika" penulis : Imad Al-Hakim

Kamis, 17 April 2008

ETIKA PENGANTIN DAN PERGAULAN SUAMI-ISTRI

Merayu istri dan bercanda dengannya di saat santai berduaan. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam selalu bercanda, tertawa dan merayu istri-istrinya. Meletakkan tangan di kepala istri dan mendo`akannya. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ?Apabila salah seorang kamu menikahi seorang wanita, maka hendaklah ia memegang ubun-ubunnya, dan bacalah bimillah lalu mohon berkahlah kepada Alloh, dan hendaknya ia membaca:?(Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan sifat yang ada padanya; dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukanya dan keburukan sifat yang ada padanya)? (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh Al-Albani). Disunnahkan bagi kedua mempelai melakukan shalat dua raka`at bersama, karena hal tersebut dinukil dari kaum salaf. Membaca basmalah sebelum melakukan jima`. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ?Kalau sekiranya seorang di antara kamu hendak bersenggama dengan istrinya membaca : ?(Dengan menyebut nama Alllah, ya Alloh, jauhkanlah setan dari kami dan jauhkan syetan dari apa yang Engkau rizkikan kepada kami), maka sesungguhnya jika keduanya dikaruniai anak dari persenggamaannya itu, niscaya ia tidak akan dibahayakan oleh setan selama-lamanya? (Muttafaq alaih). Jika sang suami ingin bersenggama lagi, maka dianjurkan berwudhu terlebih dahulu, karena Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ?Apabila salah seorang kamu telah bersetubuh dengan istrinya, lalu ingin mengulanginya kembali maka hendaklah ia berwudhu?. (HR. Muslim). Disunatkan bagi kedua suami istri berwudhu sebelum tidur sesudah melakukan jima`, karena hadits Aisyah menuturkan :?Adalah Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam apabila beliau hendak makan atau tidur sedangkan ia junub, maka beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat? (Muttafaq?alaih). Haram bagi suami menyetubuhi istrinya di saat ia sedang haid atau menyetubuhi duburnya. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa yang melakukan persetubuhan terhadap wanita haid atau wanita pada duburnya, atau datang kepada dukun (tukang sihir) lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad?. (HR. Al-Arba`ah dan dishahihkan oleh Al-Alnbani). Haram bagi suami-istri menyebarkan tentang rahasia hubungan keduanya. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ?Sesungguh-nya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Alloh pada hari Kiamat adalah orang lelaki yang berhubungan dengan istrinya (jima`), kemudian ia menyebarkan rahasianya?. (HR. Muslim). Hendaknya masing-masing saling bergaul dengan baik, dan melaksanakan kewajiban masing-masing terhadap yang lain. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: ?Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut yang ma`ruf?. (Al-Baqarah: 228). Hendaknya suami berlaku lembut dan bersikap baik terhadap istrinya dan mengajarkan sesuatu yang dipan-dang perlu tentang masalah agamanya, serta menekankan apa-apa yang diwajib Alloh terhadapnya. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: ?Ingatlah, berpesan baiklah selalu kepada istri, karena sesungguhnya mereka adalah tawanan disisi kalian….? (HR. Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani). Hendaknya istri selalu ta`at kepada suaminya sesuai kemampuannya asal bukan dalam hal kemaksiatan, dan hendaknya tidak mematuhi siapapun dari keluarganya bila tidak disukai oleh suami dan bertentangan dengan kehendaknya, dan hendaknya istri tidak menolak ajakan suami bila mengajaknya. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ?Apabila suami mengajak istrinya ke tempat tidutrnya lalu ia tidak memenuhi ajakannya, lalu sang suami tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknat wanita tersebut hingga pagi?. (Muttafaq alaih). Hendaknya suami berlaku adil terhadap istri-istrinya di dalam masalah-masalah yang harus bertindak adil. Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ?Barangsiapa mempunyai dua istri, lalu ia lebih cenderung kepada salah satunya, niscaya ia datang di hari Kiamat kelak dalam keadaan sebelah badannya miring?. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani). (Sumber: Kitab “Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari” By : Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan)